Selamat Datang di Uchavision Semoga Bermanfaat | Pasang Iklan Baris Gratis

Friday, April 20, 2012

Contoh Skripsi di UMM

PENDIDIKAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
DAN TEKNOLOGI




 













Disusun Oleh             : Siti Kusrini
NPM                           : 10.0304.0087
Prodi                           : FKIP

PENCIPTAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN  BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN DI PAUD













 
















TUGAS INI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UJIAN
TES AKHIR SEMESTER

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Subiyanto, M. Pd
BAB I
PENDAHULUAN

            Penciptaan pengelolaan lingkungan belajar di PAUD merupakan  sesuatu yang berhubungan dengan catat mencatat, surat-menyurat, penataan, kearsipan, pengisian, atau pengerjaan berbagai jenis formulir.
            Kata pengelolaan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna : 1983) oleh sebab itu pengelolaan pendidikan dapat di artikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan. Sedangkan administrasi ialah keseluruhan proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan secara efektif dan efisien.
            Dalam tuntutan zaman sekarang ini pengelolaan lingkungan belajar di PAUD sangat di upayakan untuk tujuan yang mesti direalisasikan guna kepentingan lembaga individu ataupun kelompok. Dalam penciptaan pengelolaan lingkungan belajar di PAUD memiliki beberapa fungsi dan prinsip adalah tugas-tugas yang mesti dilaksanakan oleh individu ataupun kelompok seperti : membuat putusan, merencanakan, mengorganisasikan, mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, mengawasi dan menilai.
            Pengelolaan harus ada sarana prasarana pendidikan. Maksud dari sarana prasarana adalah fasilitas yang ada. Dalam sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, seperti membeli, membuat sendiri, atau sumbangan dari masyarakat.


A. LATAR BELAKANG

          Penciptaan adalah upaya bagaimana mengantisipasi dengan adanya pembelajaran di PAUD. Sedangkan pengelolaan bagaimana suatu individu atau lembaga dalam manajemen di lingkungan PAUD. Semua saling berkaitan karena dalam lingkungan pembelajaran di PAUD di butuhkan upaya-upaya dan rencana-rencana demi tercapainya pengelolaan lingkungan belajar yang maksimal.
            Dalam penciptaan pengelolaan lingkungan belajar dan pembelajaran di PAUD harus ada tenaga pendidik dan ada yang di didik. Fasilitas lingkungan dan ruangan. Supaya upaya bisa tercapai seorang guru harus kreatif, cerdas, berpendidikan atau berwawasan, dan mengabdi pada masyarakat.
            Pengelolaan lingkungan belajar harus diciptakan rasa nyaman dan tentram agar pembelajaran dapat berjalan dengan apa yang diinginkan oleh semua lapisan masyarakat.
            Mengasuh anak usia pra sekolah benar-benar merupakan tanggung jawab yang berat. Usia tersebut merupakan masa kritisi perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian koordinasi motorik, kreatifitas, dan sikap positif terhadap hidup. Menciptakan suasana masa sekolah yang menyenangkan tampaknya dapat mendorong anak agar selanjutnya cinta belajar sepanjang hidup.


B. TUJUAN

A.    Penciptaan pengelolaan lingkungan belajar dan pembelajaran di PAUD memiliki beberapa tujuan, yakni :
1.      Dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989
Pendidikan memberikan rangsangan untuk pertumbuhan dan perkembangan rohani dan jasmani, agar memiliki kehidupan pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Pengelolaan lingkungan di PAUD adalah sebagai suatu proses mengkoordinasikan perilaku anak supaya terfasilitasi dengan baik.
3.      Lingkungan  belajar merupakan suatu konteks fisik, sosial dan psikologis yang dalam konteks tersebut anak belajar emperoleh tingkah laku yang baru.
4.      Tujuan Khusus
a.       Aspek Performance adalah lingkungan belajar diarahkan untuk mewujudkan lingkungan dengan mampu menghadapi/merenungkan, abstrak, tertarik, kreatifitas.
b.      Aspek ini adalah mampu menfasilitasi multisensori anak, berkualitas bahwa efektik dan efisien.
5.      Untuk menciptakan anak bangsa yang cerdas, berperilaku baik, beriman, jujur, terampil, kreatif, cinta tanah air adalah tujuan utama dalam penciptaan pengelolaan lingkungan belajar pembelajaran di PAUD.


C. PERUMUSAN MASALAH

            Tenaga kependidikan  yang berkualitas sebgai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitas, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU. No 20 Tahun 2003 Pasal 1. BAB 1. Ketentuan Umum).


BAB II
KAJIAN TEORI

            Untuk dapat memahami konsep dasar pengelolaan pendidikan, maka terlebih kita harus juga memahami makna dan pengertian administrasi. Meurut Moh. Rifai (1982) yang menjelaskan bahwa administrasi merupakan suatu bantuan agar suatu usaha dapat berjalan dengan lancar dalam upaya untuk mencapai tujuan dengan tanpa menghambur-hamburkan sumber-sumber yang tersedia.
            Dalam pengertian sempit, administrasi dapat di artikan sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan ketata usahaan (derical work) seperti misalnya segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai pekerjaan menulis. Seperti : catat- mencatat, surat menyurat, penataan, kearsipan, pengisian, atau pekerjaan mengisi formulir.
            Sedangkan dalam pengertian yang luas administrasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu kegiatan yang perlu dijalankan untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu yang telah di canangkan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan itu antara lain : menentukan kebijakan, mengawasi, dan bimbingan pelaksanaan dan penilaian yang menuju kepada keberhasilan dari suatu usaha. (Moh. Rifai 1982).
            Sementara itu Sondang P. Siaqian (1983) mendefinisikan pengertian administrasi adalah sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.


A.    LANDASAN TEORI PSIKOLOGI INDOOR
-          Memperkaya lingkungan sekitar anak
Setelah menyusun kegiatan anak kita dapat memperhatikan beberapa hal yang bisa memperkaya lingkungan sekitar anak. Selama masa-masa aktivitas otak anak sangat tinggi dan anak-anak cepat sekali menyerap, potensi belajar mereka jadi lebih besar berkat hal-hal yang disediakan, dan anak-anak juag mempelajari sikap-sikap yang baik.
Anak perlu di didik agar suka belajar. Permainan tertentu berpengaruh bagi potensi pembelajaran anak. Meski anak mempunyai kesukaan tertentu, namun kita harus berlatih ketrampilan. Sebaiknya anak aktif bermain dengan mainannya bukan hanya menekan tombol atau melihat. Keterlibatan secara aktif dapat mengembangkan koordinasi, imajinasi dan pembelajaran pra akademis secara simultan.
-          Stereotip Gender dalam permainan
Karena anak belajar dari permainan, perlu diperhatikan agar pembelajaran anak usia dini pra sekolah tidak mengenal stereotip gender. Sebagai contoh jarang sekali terlihat anak perempuan bermain kotak di pra sekolah, meski menyusun kotak dapat meningkatkan kemampuan spesial anak dan berpengaruh bagi kemampuan matematika anak perempuan. Anak laki-laki tampaknya lebih tertarik dengan segala permainan menyusun, tapi hal tersebut perlu juga didorong pada anak-anak perempuan.
Boneka tak menarik bagi anak laki-laki, karena anak laki-laki lebih suka mainan yang berbunyi atau bersuara. Meski anak laki-laki suka berperan sebagai ayah, permainan rumah-rumahan tertentu mendidik anak mengenai kasih sayang karena boneka biasanya di anggap sebagai bayi.


-          Membaca, berbicara dan bertanya
Membacakan buku untuk anak sangat berguna pada saat anak mulai dapat memusatkan perhatian untuk jangka waktu yang pendek. Anak-anak juga menyukai buku tekstur, menyentuh kelinci lembut, dan kertas ampelas kasar dapat meningkatkan minat dan kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Buku-buku yang mendorong anak untuk melakukan geraka-gerakan sederhana seperti bertepuk tangan, mereka juga suka dengan kalimat-kalimat bersajak. Anak-anak suka dengan buku yang dibacakan berulang-ulang. Mereka tak pernah bosan. (Dr. Syivia Rimm)

B.     LANDASAN TEORI PENGELOLAAN OUT DOOR
Belajar luar kelas merupakan program pengembangan belajar anak. Aspek-aspek pengelolaan belajar out door sehingga :
1.      Penataan lokasi kegiatan dengan berbagai sarana.
2.      Pagar sekolah.
3.      Pengolahan tanah lapang.
4.      Perawatan dan penanganan tanah.
5.      Pembuatan ruangan/atap agar proses belajar mengajar aman.
6.      Punya gudang (tempat menyimpan alat-alat).
Khusus = pengelolaan kebun, menyimpan sarana prasarana, alat bermain, tukang, pengembangan fisik.
Contoh alat bermain :
1.      Tangga di pasang di tanah, tangga tidak terlalu tinggi.
2.      Tanaman.
3.      Anyaman.
4.      Terowongan mini.
5.      Bermain pasir.


C.    PEMBAHASAN MASALAH
Dalam perkembangan pendekatan dalam pengelolaan pendidikan tidak lepas dengan perkembangan teori administrasi dan organisasi. Menurut Way K. Hoy dan Cecil G. Miskel 1978 dan J. C. S. Musaazi (1988).
Bahwa pertambangan teori administrasi dapat digolongkan kepada 3 tahapan perkembangan.
1.      Pendekatan Organisasi Klasik (1970 – 1930)
2.      Pendekatan Manusia (1930 – 1950)
3.      Pendekatan Perilaku (1950 – sekarang).
Pendekatan Organisasi Klasik
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick seorang  yang memiliki latar belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman sebagai kepala tekhnik hidup antara tahun 1956.
Pendekatan Hubungan Manusia
Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang sebagai reaksi terhadap organisasi klasik. Pendekatan hubungan manusia ini di pelopori oleh Mary Parker Follet (1968 – 1933) orang yang pertama kali mengenal pentingnya faktor-faktor manusia dalam administrasi.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara hubungan sosial struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang di ambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh Ghester I barnard yang hidup antara tahun 1886, sampai dengan tahun 1961. Barnard adalah seorang kepala eksekutif  pada perusahaan Bell Telepone di New Jersey yang menulis buku dengan Judul Funtions of Executive (1938).


D.    PERMASALAHAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan secara lebih rinci akan diulas untuk sekedar mengantarkan dan mengenalkan kepada permasalahan-permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan.
Menurut Djanian Satori dan Udin S. Saud (1994) dalam buku pengelolaan pendidikan (1994) bab XVI dengan Judul Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional dapat di ikhtisarkan bahwa permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan menyangkut hal-hal sebagai berikut :
I.         Sistem Desentralisasi dalam pengelolaan lingkungan
Sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan yang akan diberikan kepada sekolah sudah dicanangkan jauh hari sebelumnya sejalan dengan akan diterapkan otonomi yang luas kepada daerah. Akan tetapi pengelolaan lingkungan pendidikan dalam sistem desentralisasi ini bukan berarti bahwa setiap daerah dapat mengembangkan program pendidikan secara sendiri-sendiri, yang terlepas dan berbeda sama sekali dengan sistem pendidikan nasional negara kesatuan RI.
Permasalahan yang akan timbul dari sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan yang akan diterapkan (bahkan ada yang telah di realisasikan) adalah bagaimana kita dapat mengoperasikan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional yang efektif dan efesien bagi semua daerah? Sebab daerah-daerah tidak semuanya siap.
Dalam menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan mau tidak mau pasti banyak permasalahan yang dihadapi, sebab potensi dan kemampuan setiap daerah berbeda-beda, akan tetapi penerapan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan adalah salah satu upaya untuk memberikan kepercayaan kepada daerah dalam mengelola sistem pendidikan yang berada diaerah tersebut dalam rangka untuk mengembangkan sumber daya manusia yang bervariasi untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan juga nasional secara menyeluruh.
E.     UPAYA PENCIPTAAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1.      Konsep Pengelolaan Kelas
Manajemen atau pengelolaan di artikan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan kelas diartikan secara umum sebagai sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan demikian, manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan, atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen 1996)
Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas adalah :
a.       Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungin.
b.      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individu.
c.       Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
d.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.


Konsep dasar yang perlu di cermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini. Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah peserta didik menuju tujuan pembelajaran.mengelola kelas merupakan ketrampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah sifat kelas. Pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.

2.      Kegiatan pengelolaan kelas
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas adalah :
a.       Mengecek kehadiran siswa.
b.      Mencatat data.
c.       Menyampaikan materi pelajaran.
d.      Pendistribusikan bahan dan alat.
e.       Memelihara arsip.
f.       Mengumpulkan informasi dari siswa.
g.      Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.
h.      Memberikan tugas PR.
Semua aspek harus di programkan dan di laksanakan karena pengelolaan kelas yang memadai akan terlaksananya proses belajar mengajar dalam lingkungan pendidikan dan upaya harus semaksimal mungkin.


F.     FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENCIPTAAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Faktor pendukung adalah lingkungan yang diartikan sebagai suatu yang tumbuh dengan lingkungan/Evironment, atau suatu tempat yang mempunyai pertumbuhan manusia dan pengertian dari keduanyatersebut adalah sebagai suatu tempat (suasana/keadaan) yang dapat di pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Menurut M. Sojoyo 2002, lingkungan belajar suatu konteks fisik, sosial, dan psikologis yang dalam konteks tersebut, anak belajar memperoleh tingkah laku yang baru.
Lingkungan belajar di Laboratorium, tempat bagi anak untuk bersekseprimen, mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan logis baru sebagai wujud belajar di TK/pra sekolah. Jadi pengesahan lingkungan belajar anak adalah agar berpartisipasi dalam kegiatan belajar dapat optimal sehingga tujuan belajar anak dapat tercapai.
Belajar  meliputi komponen-komponen seperti (ada guna, ada siswa, ada ruangan, ada alat peraga, ada materi, metode, kurikulum dll). Agar semua bisa terfasilitasi dan dikatakan terfasilitasi apabila ada sarana prasarana dan dikatakan belajar apabila ada guru aktif dan siswa aktif.
Apabila dalam pembelajaran guru aktif namun siswa pasif maka pembelajaran tidak akan berlangsung apabila ada ruangan namun guru pasif maka tidak ada pembelajaran. Dalam pembelajaran antara komponen tersebut harus saling dilengkapi agar terciptanya suasana belajar yang aman, nyaman, dan krasan.
Dalam pengelolaan lingkungan belajar di TK ada 3 prinsip :
1.      Merefleksikan selera anak.
Lingkungan belajar harus, penyediaan, pengamanan. Lingkungan belajar harus dipertimbangkan, karakteristik, perasaan minat, dinamika anak.


2.      Hal yang perlu diperhatikan oleh guru ada 2 hal yakni :
a.       Sudut aktivitasi belajar melalui bermain dengan cara kegiatan belajar yang bersifat akademis, informal, alamiah, dan menyenangkan.
Pembelajaran akademis seperti :
-          Menyanyi
-          Cerita
-          Menggambar
-          Gerak tari
-          Dsb
b.      Sudut fasilitas
Kualitas fasilitas sangat mendukung; ruang, dinding, media/ap dan bahan-bahan yang digunakan sangat menentukan hasil belajar, sarana fasilitas lingkungan belajar sebaiknya disesuaikan dengan selera anak.
Seperti di TK Pertiwi Sukorejo, Tegalrejo. Warna di dinding cerah berwarna hijau muda, karena warna cerah merupaka salah satu warna yang disukai anak-anak dalam ukuran cukup untuk proses berjalannya pembelajaran ada dua ruangan untuk TK A dan B.
Hal-hal yang harus dipikirkan, dikuasai guru cara pengembangan belajar sehingga :
a.       Cara menguasai ruang lingkup, tema-tema, baik lingkungan kedalaman, visi, materi, bermain serta bernyanyi.
b.      Cara menguasai mengaktifkan anak ditertibkan, bermakna mengusai macam-macam bermain, media, alat, musik bermacam-macam lagu anak-anak.
c.       Menguasai karakteristik anak didik, secara umum dan khusus di TK : sifat, sikap, kepribadian, kecerdasan, dll.
d.      Yang menjunjung efisiensi, pembelajaran kemampuan mengendalikan diri secar baik, bahwa anak-anak masih bersifat logis spontan, fleksibel dan cara yang bijak, dapat mengajari anak secara baik dalam pembelajaran.
Tindakan tersebut usaha pencegahan masalah pengelolaan kelas. Dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan atau tindakan yang bersifat korektif. Tindakan yang bersifat pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Sedangkan tindakan yang korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Tindakan pencegahan adalah tiadakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.
Usaha pencegahan pengelolaan kelas antara lain :
1.      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.
2.      Peningkatan kesadaran diri sebagai peserta didik.
3.      Sikap polos dan tulus dari guru.
4.      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan.
5.      Menceritakan kontrak sosial.
G.    FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN KELAS
Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik ada beberapa faktor antara lain :
1.      Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran, lingkungan fisik meliputi :
a.       Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
b.      Pengaturan tempat duduk.
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya.
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang.


Contoh berdirinya TK pertiwi Sukorejo Tegalrejo. Pada tahun 2009 bulan Maret TK sudah mulai mempunyai kemandirian, karena TK pertiwi Sukorejo sebelumnya menempati balai desa milik desa (kantor desa) yang seatap dengan SD. Upaya masyarakat dalam usulan-usulan yang telah disetujui oleh semua lapisan masyarakat mengajukan bantuan dana dalam program pemerintah adanya PNPM/Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.
Permainan seperti diluar kelas tangga, kursi putar, jungkat-jungkit, ring basket sudah terfasilitasi, namun yang menjadi hambatan belum ada area pasir karena tempat untuk area dipakai untuk upacara, dan halaman depan untuk menanam peralatan permainan, dan yang sedikit menjadi hambatan TK Periwi Sukorejo belum mempunyai kantor. Sehingga dalam aktifitas administrasi kadang dikerjakan dirumah masing-masing guru. Kantor yang kami butuhkan sedang dalam pemrograman bantuan dari desa karena PNPM hanya memberikan bantuan satu kali bantuan khusus TK.
TK Pertiwi Sukorejo juga baru merencanakan bantuan kepada para wali murid dan desa untuk membuat sumur, karena sampai sekarang ini air masih membeli satu drigen dua ribu. Kekurangan yang ada tidak mengganggu proses jalannya pembelajaran, walau dalam pembukuannya sangat memprihatinkan.
Dalam situasi ini perlu sekali dipikiran dalam upaya-upaya bagaimana pengelolaan lingkungan belajar bisa mencapai optimal. Seorang guru harus bisa merencanakan masa-masa yang akan datang supaya proses pembelajaran tidak terjadi hambatan. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif.


2.      Kondisi Sosio – Emosional
Kondisi Sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, meliputi :
a.       Tipe kepemimpinan.
b.      Sikap guru.
c.       Suara guru.
d.      Pembinaan hubungan baik (raport).

3.      Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara rutin organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah, akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain :
1.      Pergantian pelajaran.
2.      Guru berhalangan hadir.
3.      Masalah antar siswa.
4.      Upacara bendera.
5.      Kegiatan lain.


H.    PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
A.    Arti ruang lingkup pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
Salah satu aspek yang seyokyanya mendapat perhatian utama oleh setiap administrator pendidikan adalah mengenai sarana prasarana pendidikan.
Sarana prasarana pada dasarnya dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu :
a.       Tanah.
b.      Bangunan.
c.       Perlengkapan.
d.      Perabot sekolah.
Agar semua fasilitas tersebut memberikan konstribusi yang berarti pada jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik, pengelolaan yang dimaksud meliputi :
a.       Perencanaan.
b.      Pengadaan.
c.       Investasi.
d.      Penyimpanan.
e.       Penataan.
f.       Penggunaan.
g.      Pemeliharaan.
Pengelolaan sarana prasarana pendidikan dalam istilah asing dikenal dengan istilah “school plant adminstration” yang mencakup lahan, bangunan, perabot dan perlengkapan sekolah, pengelolaan sarana prasarana dapat di artikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, investasi, penyimpanan dan pemeliharaan.


I.       PERENCANAAN KEBUTUHAN, PENGADAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Perencanaan kebutuhan sarana prasarana pendidikan merupakan pekerjaan yang komplek, karena harus terintergrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional maupun lokal. Perencanaan ini merupakan sistem perencanaan kebutuhan.
Prinsip-prinsip seperi komprehensif, obyektif, fleksibel dan interdisiplin yang perlu diperhatikan :
a.       Perencanaan pengadaan tanah untuk gedung.
b.      Perencanaan pengadaan bangunan gedung sekolah.
c.       Perencanaan pembangunan bangunan sekolah.
d.      Perencanaan pengadaan perabot dan perlengkapan pendidikan.
e.       Pengadaan saranadan prasarana pendidikan.
f.       Investasi sarana dan prasarana pendidikan.
g.      Pemeliharaan sarana prasarana pendidikan.
h.      Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan.
i.        Penataan sarana prasarana pendidikan.


Lingkungan yang demikian dalam sarana dan prasarana pendidikan dapat menimbulkan rasa bangga dan rasa memiliki siswa terhadap sekolahnya. Hal ini memungkinkan apabila sarana prasarana itu fungsional bagi kepentingan pendidikan. Dalam hal ini guru sangat berkepentingan untuk memperlihatkan unjuk kerjanya dan menjadikan lingkungan sekolah (sarana prasarana) sebagai asset dalam proses belajar mengajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk teknis berkenaan dengan bagaimana menata sarana dan prasarana pendidikan.
1.      Tata ruang dan bangunan sekolah
Dalam mengatur ruang yang dibangun bagi suatu lembaga pendidikan/sekolah, hendaknya dipertimbangkan hubungan antara ruang-ruang yang dibutuhkan dengan pengaturan letaknya tergantung kepada kurikulum yang berlaku dan tentu saja ini akan memberikan pengaruh terhadap penyusunan jadwal pelajaran. Hal ini yang perlu di perhatikan antara lain :
a.       Ruang kegiatan belajar ditempatkan dibagian yang paling terang, tetapi tidak silau, dan jauh dari gangguan/sumber kebisingan atau keributan, sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak terganggu oleh sinar dan kebisingannya.
b.      Ruang ketrampilan/praktek yang dapat merupakan sumber kebisingan ditempatkan jauh dari ruang belajar.
c.       Ruang laboratorium ditempatkan terpisah, namun mudah dan cepat terjangkau.

2.      Penataan Perabot Sekolah
Tata perabot sekolah mencakup pengaturan barang-barang yang dipergunakan oleh sekolah, sehingga menimbulkan kesan dan konstribusi yang baik pada kegiatan pendidikan. Dalam pengaturan perabot sekolah hendaknya diperhatikan macam dan bentuk perabot itu sendiri, apakah perabot tunggal atau ganda,  individual atau klasikal. Hal ini yang harus diperhatikan dalam pengaturan perabot sekolah antara lain :


1.      Perbandingan antara luas lantai dan ukuran perabot yang akan dipakai dalam ruangan tersebut.
2.      Kelonggaran jarak dan dinding kiri – kanan.
3.      Jarak satu perabot dengan perabot lainnya.
4.      Jarak deret perabot (meja – kursi) paling belakang dengan tembok batas.
5.      Arah menghadapnya perabot.
6.      Jarak deret perabot terdepan papan tulis.
7.      Kesesuaian dan keseimbangan.

3.      Penataan perlengkapan sekolah
Penataan perlengkapan sekolah mencakup pengaturan perlengkapan diruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang tata usaha, ruang guru, kelas, ruang BP, ruang perpustakan, dsb. Ruang-ruang tersebut perlengkapannya perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan senang dan betah, dan kesan yang baik, pada guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Misalnya, pada ruang kelas perlengkapan perabot, juga dilengkapi dengan hiasan yang bersifat mendidik : organisasi kelas, tata tertib, papan absensi, dsb.
Pada ruang guru, selain perlengkapan guru, juga ruang guru ini perlu dilengkapi dengan : papan pengaman, jadwal pelajaran, kalender akademik, organisasi sekolah, daftar pembagian tugas guru KORPRI dsb. Semua kelengkapan tersebut dalam penataan tidak bisa sembarangan tapi perlu ditata dengan baik, bisa dibaca atau dilihat dengan mudah. Kesannya indah, harmonis serta menimbulkan kesan yang baik.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pengelolaan lingkungan di PAUD sebagai suatu proses mengkoordinasikan perilaku anak suapay terfasilitasi dengan baik. Tenaga pendidikan yang berkwalitas untuk menciptakan anak bangsa yang cerdas. Pengelolaan dapat diartikan sebagai administrasi. Dalam lingkungan anak diperlukan untuk memperkaya pernainan yang mendidik, dan diperlukan pengelolaan, penataan lokasi, pagar sekolah, perawatan dan pembuatan  ruangan bahkan punya gudang.
Dalam perkembangan pendekatan dalam pengelolaan pendidikan tidak lepas dengan perkembangan teori lepas dengan perkembangan teori admnistrasi, dan organisasi, seperti pendekatan organisasi klasik, hubungan manusia, dan perilaku. Penerapan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikann adalah salah satu upaya untuk memberikan kepercayaan daerah untuk mengembangkan sumber daya.
Manajemen atau pengelolaan kelas merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas. Faktor pendukung sebagai lingkungan yang diartikan suatu tempat yang mempunyai pertumbuhan manusia. Berbagai sudut seperti sudut aktifasi dan sudut fasilitasi adalah hal yang perlu diperhatikan.
TK yang belum terfasilitasi dengan sempurna sepeti TK Sukorejo adalah suatu contoh TK yang masih memerlukan suatu upaya untuk pengelolaan lingkungan yang optimal.
Sarana prasarana suatu aspek yang perlu diperhatikan untuk kelestarian pendidikan, dan perencaan-perencanaan adalah prinsip untuk suatu pengelolaan lingkungan belajar mengajar dan pembelajaran.


B.     REKOMENDASI
Dalam pengelolaan lingkungan belajar dan pembelajaran harus benar-benar semua para guru dapat memahami apa yang harus direncanakan apa yang harus dilaksanakan dan program apa yang harus dipikirkan.
Penciptaan pengelolaan lingkungan belajar dan pembelajaran untuk merangsang anak memiliki rasa senang, nyaman dan krasan. Maka dari itu penciptaan harus semaksimal mungkin diupayakan. Dengan fasilitas-fasilitas yang mencukupi dan memadai.
Peningkatan demi peningkatan harus diciptakan untuk kemajuan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas untuk mencerdaskan anak bangsa supaya menjadi anak yang beriman, bertaqwa, cinta tanah air, sopan, kreatif, terampil dan cerdas.

C.    DAFTAR PUSTAKA
1.      Buku Pengelolaan Pendidikan (Drs. Heni Koswara)
Penerbit : Jurusan administrasi pendidikan
Gedung FIP Lt. 1 Jl. DR. Setiabudhi no.229
Bandung 40154
2.      Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah (Dr. Sylvia Rimm)
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah barat 33-37 Lt. 2-3
Jakarta 10270
www.gramedia.com
3.      Dokumentasi TK Pertiwi Sukorejo, Tegalrejo, Magelang
4.      Wawasan Pasar Pendidikan dan Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan.
Dudung A. Dasuqi dan Setyo Somantri (1994)
Bandung : Jurusan Adpend.

Anda Mungkin Menyukai:

0 komentar:

Post a Comment

> Berkomentar yang bijak ya sob.
> No Sara
> Ane berhak menghapus pesan yang gak masuk akal

Cek Resi Kiriman Anda