Selamat Datang di Uchavision Semoga Bermanfaat | Pasang Iklan Baris Gratis

Thursday, April 9, 2015

Magelangan - Tuk Mas, Situs Mata Air Mataram Kuno


Musim hujan merupakan masa dimana air tersedia melimpah. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sebagian diantara air hujan tersebut terserap dan masuk ke dalam lapisan bumi. Lambat laun air resapan tersebut muncul sebagai mata air. Orang Jawa sering menyebut mata air sebagai tuk atau umbul. Jika beberapa waktu yang lalu saya sempat menuliskan mengenai situs Candi Umbul yang merupakan situs patirtan peninggalan Wangsa Sanjaya, maka pada kesempatan ini saya sengaja ingin bercerita mengenai situs Tuk Mas.
Tuk Mas1Sampeyan pernah mendengar nama Tuk Mas? Atau jangan-jangan ada diantara Sedulur yang justru pernah pergi ke Tuk Mas? Situs Tuk Mas berlokasi di wilayah Desa Lebak yang termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Grabag. Jika kita menyusuri jalanan arah Sindas menuju Grabag yang melalui wilayah Cokro, tepat di depan SMP 2 Secang terdapat sebuah pertigaan serong, ambil arah kanan dan ikuti petunjuk arah yang akan memandu kita ke situs Tuk Mas. Melintasi area perkebunan tebu di tepian jalanan, kita akan menemukan sebuah cabang jalan ke sisi kanan yang langsung menurun tajam ke sebuah cekungan lembah yang dibelah oleh sebuah aliran sungai. Dengan menyusuri aliran sungai tersebut ke sisi timur, maka kita akan sampai sebuah area berpagar yang di dalamnya terdapat luncuran air deras dari sebuah mata air yang cukup besar. Itulah situs Tuk Mas.
Sebagaimana namanya, di lokasi situs Tuk Mas yang langsung bisa dilihat dari sisi bawah adalah sebuah aliran air pada sebuah tebing curam yang mengalir deras padas suatu saluran miring. Tepat di atas tebing itulah terdapat perbukitan yang rimbun dengan pepohonan dimana mata air berada. Debit aliran air tersebut lumayan besar, sehingga pada musim kemaraupun alirannya tetap besar dan stabil. Air tersebut kemudian ditampung pada beberapa kolam berukuran sedang. Tampungan kolam itulah yang menjadi sediaan air baku untuk diolah lebih lanjut menjadi air bersih oleh PDAM Kota Magelang.
Dalam beberapa babad cerita yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno, Tuk Mas sempat disebut-sebut sebagai nama dari ibukota atau kotaraja kerajaan yang dipimpin oleh Wangsa Syailendra. Sebagaimana diketahui, pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah diperintah oleh dua dinasti yang sangat berpengaruh, masing-masing adalah dinasti Sanjaya yang beraliran Hindu dan dinasti Syailendra yang beragama Budha.
Bukan sekedar sebuah perkiraan dan dugaan semata, keyakinan bahwa Tuk Mas merupakan ibukota Mataram yang dipimpin Wangsa Syailendra konon berasal dari beberapa petunjuk dari prasasti yang ditemukan di situs Tuk Mas sendiri maupun beberapa prasasti yang tersebar di wilayah sekitarnya. Memang hipotesis seakan sulit untuk bisa dipercaya dikarenakan memang di lokasi situs Tuk Mas sama sekali tidak bisa dijumpai artefak maupun situs-situs yang menunjukkan bekas sebuah istana ataupun kota kerajaan sebagaimana situs Trowulan yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit misalnya. Bahkan prasasti Tuk Mas sendiri justru bertuliskan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta yang dilengkapi dengan simbol-simbol yang justru lebih mendekati tradisi dan ajaran Hindu, bukannya Budha sebagaimana dianut Syailendra.
Tuk Mas1  Tuk Mas2
Tuk Mas merupakan gabungan dua buah kata, tuk yang berarti mata air, dan mas yang berarti emas. Tuk Mas selanjutnya bisa dimaknai sebagai mata air emas. Kenapa diistilahkan demikian? Para ahli memperkirakan bahwa keberadaan prasasti Tuk Mas merupakan simbolisasi keberadaan aliran air suci yang diibaratkan sebagaimana sungai Gangga di India. Meskipun tidak mencantumkan angka tahun pembuatan prasasti yang jelas namun penggunaan aksara Pallawa-Grantha, bisa diperkirakan bahwa prasati Tuk Mas bertarikh 500-700 Masehi.
Di samping rangkaian tulisan, dalam prasasti Tuk Mas juga terdapat simbol-simbol gambar, diantaranya chakra (roda bergerigi 16) sebuah gada, dua buah purna kumbhas (tempat air), sebuah trisula (tombak bermata tiga) sebuah parasu (kapak), sebuah tongkat, sebilah pisau dan empat buah rosetta bermotif rantai. Selain itu masih terdapat beberapa simbol yang hingga kini masih belum bisa diungkapkan secara jelas rupa dan maknanya.
Keberadaan prasasti Tuk Mas di wilayah Magelang semakin meneguhkan Magelang sebagai daerah seribu candi. Prasasti, candi, situs-situs penting banyak bertebaran di wilayah Magelang. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa wilayah ini pada masa lampau merupakan pusat Kerajaan Mataram Kuno yang telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi atau adiluhung. Potensi sejarah ini seharusnya bisa didayagunakan sebagai potensi wisata sejarah yang sangat menarik dan unik. Jika hal tersebut dapat terus digali dan dikembangkan, maka orang tidak hanya akan mengenal Magelang dengan Borobudurnya saja, tetapi akan lebih luas kepada candi-candi, prasasti-prasasti dan situs-situs sejarah yang lainnya.
Tuk Mas2Sebelum melangkah jauh untuk memperkenalkan potensi jejak sejarah kejayaan masa lampau tersebut kepada dunia luar, akan lebih bijaksana jika para putera daerah sendiri terlebih dahulu diperkenalkan dengan keberadaan fakta sejarah yang terdapat di tanah Magelang. Selain melalui aktivitas para pemerhati dan komunitas yang banyak menggeluti situs sejarah, alangkah lebih baik pula jika melalui bangku sekolah juga diperkenalkan muatan sejarah lokal. Dengan demikian setiap putera daerah Magelang akan dapat menjadi narasumber dan duta wicara untuk semakin menyebarluaskan potensi situs sejarah yang tersebar di berbagai penjuru Magelang. Kemajuan internet dengan media sisialnya bisa menjadi wahana untuk berbagi informasi dengan manusia manapun di penjuru dunia. Dan bukanlah mayoritas anak muda masa kini tidak bisa lagi dipisahkan dengan dunia internet?
Jika langkah ini kita sepakati bersama dan secara sebuah predikat Magelang sebagai wilayah seribu candi tidak akan sulit untuk diraih. Melalui predikat tersebut bukan tidak berlebihan jika Magelang “bisa menjual” potensi wisata minat khusus yang berkaitan dengan situs sejarah yang tersebar berserakan di setiap pelosok wilayah tersebut. Bukan tidak mungkin pula jika langkah ini bisa memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan warga Magelang secara umum. Sampeyan sepakat dengan saya? Matur nuwun.

terima kasih buat sumber 

Anda Mungkin Menyukai:

0 komentar:

Post a Comment

> Berkomentar yang bijak ya sob.
> No Sara
> Ane berhak menghapus pesan yang gak masuk akal

Cek Resi Kiriman Anda