KEGIATAN
BELAJAR 1
HAKIKAT
MORAL, MORALITAS, ETIKA DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI
A. HAKIKAT MORAL, MORALITAS, ETIKA
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia (2008)
-
Moral adalah memiliki makna
akhlak/tingkah laku yang susila.
-
Moralitas adalah dengan
kesusilaan.
-
Etika adalah tata
susila/cabang filsafat yang membantu/menyelidiki nilai-nilai dalam
tindakan/perilaku/akhlak manusia.
Ketiga istilah tersebut memberikan
gambaran bahwa yang menjadi pembahasan adalah masalah aturan berperilaku dalam
kehidupannya.
B. TAHAPAN POLA PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA 3-4 TAHUN MENURUT
PARA ahli
Ruang
tingkat pola perkembangan moral anak meliputi :
-
Kejiwaan manusia dalam
menginternalisasi nilai moral kepada dirinya sendiri.
-
Memersonalisasi &
mengembangkan dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta mematuhi,
melaksanakan/menentukan pilihan, menyingkapi menilai/melakukan tindakan nilai
moral.
Fawzia
menjelaskan bahwa pokok pertama yang terpenting dalam pendidikan moral adalah
menjadi pribadi yang bermoral dalam arti seorang anak dapat belajar apa yang
diharapkan kelompoknya.
1. Perkembangan Moral Anak menurut Plaget
Memfokuskan diri pada aspek cara
berfikir anak tentang isu-isu moral. Cara yang dilakukannya adalah mengamati,
mewawancarai kelompok anak usia 4-12 tahun yang terlibat dalam suatu permainan
dengan mengajukan pertanyaan tentang isu-isu moral seperti pencurian,
berbohong, hukuman, keadilan.
Anak berfikir tentang moralitas ada
2 tahap yaitu :
1) Tahap moralitas heteronomous (heteronomous Morality)
Terjadi pada usia 4-7 tahun, anak
menganggap keadilan & aturan sebagai sifat dunia (lingkungan) yang tidak
berubah & lepas dari kendali manusia.
2) Tahap sekitar usia 10 tahun keatas
Anak sudah menyadari bahwa
aturan-aturan & hukum itu diciptakan oleh manusia.
2. Perkembangan Moral menurut Kohlberg
Kohlberg memilih mempelajari alas
an yang mendasar respons-respons moral/memilih untuk mendalami struktur proses
berfikir yang terlibat dalam penalaran moral.
3 Level/tingkatan perkembangan penalaran
moral
1) Level 1 = Penalaran Moral Prakonvensional
(meliputi tahap orientasi hukuman
& kepatuhan serta tahap orientasi individualism & orientasi
instrumental).
2) Level 2 = Penalaran Moral Konvensional
Meliputi tahap orientasi
konformitas interpersonal serta tahap orientasi hukum & aturan
3) Level 3 = Penalaran Moral Pascakonvensional
(meliputi tahap orientasi kontrak
sosial & tahap orientasi etis universal).
Pada anak usia dini yang dipelajari
level 1, disini pengalihan/penalaran moral anak dikendalikan oleh faktor
eksternal yaitu ganjaran & hukuman yang bersifat fisik.
Level 1 dibagi dalam 2 tahap yaitu
:
1) Orientasi hukuman & kepatuhan (punishment and obedience
orientation)
Suatu tindakan dinilai benar/salah
tergantung dan akibat hukuman yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.
2) Pengertian orientasi individualism & orientasi tujuan
instrumental
Suatu tindakan dinilai benar bila
berkaitan dengan kejadian eksternal yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan
dirinya/kebutuhan seseorang yang sangat dekat hubungannya
Menurut Fawzia (2003) ada 4 area
perkembangan yang perlu ditingkatkan yaitu fisik, sosial emosional, kognitif,
bahasa.
Khusus perkembangan sosial
emosional hal ini perlu dikembangkan dengan tujuan :
1. Mengetahui diri sendiri & hubungannya dengan orang lain
yaitu teman sebaya & orang dewasa.
2. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri ataupun orang lain.
3. Berperilaku sesuai dengan perilaku prasosial.
3. Perkembangan Moral menurut Thomas Lickona
Diperlukan 3 proses pembinaan yang
berkelanjutan untuk emndidik moral anak sampai pada tataran moral action yaitu
:
1) Mulai dari proses moral knowing
2) Moral feeling
3) Moral action
C. TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MENURUT
Pada
usia 5-6 tahun perkembangan yang ada cenderung lebih bersifat matang dan
meningkat.
Tujuan
pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini
sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Standar
kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang
didasarkan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini, yang
terdiri dari aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kemandirian,
bahasa, kognitif, fisik motorik, seni.
Secara
prinsip, perkembangan dasar dari aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama
sebagai berikut :
1. Dapat mengucapkan bacaan doa dan lagu keagamaan secara
sederhana.
2. Dapat meniru gerakan ibadah secara sederhana.
3. Dapat mengenal dan menyayangi ciptaan tuhan.
4. Dapat mengenal sopan santun dan mulai berperilaku saling
menghormati sesama.
KEGIATAN
BELAJAR 2
DISONANSI
MORAL
A. KONSEP DISONANSI MORAL
Pendidikan akan sangat berarti bagi anak didik jika mampu
membuahkan hasil menuju perubahan sikap dan tingkah laku yang positif. Ketiga
tenaga dalam itu, menurut istilah psikologi dikenal dengan id, ego dan
superego.
Id memiliki pengertian suatu dorongan yang berasal dari
diri seseorang untuk mendahulukan rasa, enak, mencapai kenikmatan dan nafsu
belakan.
Ego adalah suatu dorongan/tenaga dalam yang berasal dari
jiwa/diri seseorang yang berfungsi menyembangkan kemauan atau dorongan yang
bersumber Id.
Superego adalah dorongan/tenaga dalam yang berfungsi
sebagai alat control terhadap seluruh dorongan yang berasal dari kemauan Id.
Kontrol dari superego ini berasal dari ajaran agama, moral/norma yang diterima
manusia, disonansi moral (penanaman moral dan etika).
B. PENGERTIAN DISONANSI DAN RESONANSI
Disonansi dipakai dalam dunia pendidikan, khususnya yang
terkait dengan pendidikan nilai norma dan moral. Disonansi menekankan pada
pengurangan/penurunan gema/getar ajaran nilai, norma dan moral yang ada pada
diri seseorang. Sementara resonansi justru mengukuhkan/menekankan adanya gema
atau getar nilai, norma dan moral yang telah diketahui seseorang dari proses
pendidikan sebelumnya.
C. PEMBAHASAN
Disonansi yang berarti gema atau echo ada pada diri manusia
dan bersifat melemahkan suara hati dan prinsip serta keyakinan dalam proses
pendidikan ataupun dalam kehidupan.
Dari sudut pendidikan nilai, moral, dan norma, eksistensi
disonansi adalah gema yang akan berusaha menentang masuknya serta
menginternalisasi pendidikan dan pengetahuan nilai moral dan norma tersebut ke
dalam proyeksi afektual para siswa karena itu keberadaan disonansi ini
diistilahkan dengan counter cultural values (penghalang masuknya/dihayatinya
nilai-nilai budaya kehidupan).
Menurut Sigmund Freud (dalam fawzia 1996.27) kehidupan
seseorang dikuasai oleh energi mental atau psikisnya yang disebut libido
prinsip kesenangan dan prinsip realitas.
Libido manusia, lebih lanjut Freud menjelaskan berpusat
pada zona-zona tertentu. Daerah dimana libido itu sedang terkonsentrasi atai
terpusat ikut menentukan bentuk atau jenis rangsangan yang dapat memeuaskan
seseorang.
Menurut Freud dalam kaitannya dengan hal menggunakan
pendekatan structural ini, diri manusia memiliki struktur psikologi yang
bertugas mengalirkan dorongan-dorongan atau energi psikis yang ada. Struktur
ini berfungsi sebagai mediator (perantara) antara dorongan dan perilaku. Ada 3
struktur utama pada diri manusia yaitu Id, ego dan superego. Secara umum Id
yang telah ada sejak kelahiran manusia merupakan sumber dorongan dan motif yang
tidak disadari yang bertindak atas dasar kesenangan, serta dipuaskan secara
langsung.
Jadi Id adalah sumber dan tempat dari dorongan biologis
sementara ego adalah mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas, karena itu
ego merepresentasikan akal budi/akal sehat. Yang mulai berkembang pada
tahun-tahun pertama kehidupan, kemudian bertindak atas dasar prinsip realitas
dan mencari cara yang dapat diterima dalam pemuasan kebutuhan. Ego juga
bertindak sebagai mediator antara Id dan superego. Superego dapat dianalogikan
dengan hati nurani superego mewakili nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang
disampaikan oleh orang tua atau anggapan masyarakat lainnya.
D. FAKTOR-FAKTOR MUNCULNYA DISONANSI
Ada empat faktor utama yang menyebabkan munculnya disonansi
pada diri seorang manusia, keempat faktor tersebut adalah disonansi kognitif,
disonansi personal disonansi sosiopotis, serta disonansi bawaan ilmu
pengetahuan dan pola modernisasi.
1. Disonansi Kognitif
Dorongan yang
muncul itu berasal dari pemahaman ilmu atau pengetahuan yang sangat
mantap/mapan, kuat, serta komprehensif yang dimiliki seseorang. Hal ini
ditambah pola berpikir yang sepenuhnya menggunakan akal sehat dan bersifat
rasional.
Dasar
pertimbangannya adalah ia merasa lebih tahu segalanya mengetahui cara/jalan
keluarnya jika suatu saat perbuatannya diketahui orang dan merasa lihai dalam
merekayasa alasan.
2. Disonansi Personal
Faktor
disonansi yang kedua ini muncul karena didorong oleh hal-hal berikut :
kebutuhan dan kepentingan diri, ketergesaan dan keadaan darurat. Kekerabatan
dan keluarga, keyakinan diri dan mitos, kebiasaan dan budaya tugas dan jabatan
serta hasrat untuk sukses dan kesenangan.
Contoh yang
dapat menggambarkan hal-hal tersebut dapat
a. Seseorang yang atas dasar kebutuhan dan kepentingan dirinya
(needs and intersts) mampu berbuat hal negatif apa saja asalkan keinginannya
terpenuhi missal keinginan untuk merebut mainan.
b. Seseorang dalam ketergesaan dan keadaan darurat (immediacy and
emergency) mampu bertindak hal yang negatif kapan saja dimana saja. Missal
menyerobot antrean ketika mau makan walaupun dilarang oleh guru.
c. Seseorang atas dasar kekerabatan dan keluarga (lanship and
family) bisa berbuat hal yang negatif untuk memenuhi kebutuhan dirinya, membela
saudaranya ketika bertengkar.
d. Seseorang yang memiliki keyakinan diri dan mitos (belief and
mythc) mampu bertindak apa saja termasuk hal yang negatif dan terlarang. Missal
anak minta diantar ke kamar mandi karena takut.
e. Seseorang dengan kebiasaan dan budaya (habit and culture) bisa
mengarah pada perbuatan yang negatif dan
kurang baik. Missal anak yang dilingkungan keluarganya tidak pernah ditegur
ketika berbuat salah.
f. Seseorang atas dasar tugas dan jabatannya (job and function)
dapat menyalahgunakan hal demi pemenuhan kebutuhan dirinya.
g. Seseorang hanya atas hasrat untuk sukses dan rasa senang bisa
saja melanggar aturan nilai, norma dan moral yang berlaku dalam kehidupannya.
Misalnya mengakui hasil karya temannya.
3. Disonansi Sosiopolitis
Hal yang
memungkinkan munculnya disonansi dalam kaitan ini meliputi idelogi, ras,
kesukuan, nasionalisme.
4. Disonansi berdasarkan bawaan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekonologi serta pola modernisasi
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi memiliki implikasi ganda yaitu bersifat positif dan
negatif. Anak usia dini saat ini sangat mudah mengakses apapun yang dia
inginkan dahan ini mendukung percepatan kearah yang positif disisi lain secara
tidak langsung hal itu dapat mematikan sifat kreativitas dan moralitas diri anak.
E. PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN DISONANSI MORAL SECARA UMUM
Untuk mencegah disonansi perlukan tindakan antisipatif
sebagai berikut :
1. Menyiasati lingkungan saat anak beraktivitas, misalnya :
lingkungan yang edukatif.
2. Menyiapkan alternatif pilihan kesenangan anak sebagai upaya
pengalihan perhatian dan keiginannya.
3. Menyusun strategi agar berbagai pengaruh yang masuk kedalam
kehidupan anak senantiasa tersaring dan terkendali oleh orang tua, masyarakat
luas dan pengambil kebijakan.
4. Menumbuhkan sikap proaktif dan kolaboratif dengan seluruh elemen
masyarakat untuk senantiasa peduli terhadap berbagai pengaruh negatif dari
perjalanan zaman saat ini yang dapat merugikan moralitas anak bangsa Indonesia.
F. PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN DISONANSI MORAL PADA ANAK USIA
DINI
Upaya penanggulangan dan pencegahan yang mungkin dapat kita
lakukan untuk mencaga anak usia dini dapat dilihat dibawah ini :
1. Hindari atau meminimalisasi anak untuk mengetahui perbuatan keji
dan buruk secara langsung.
2. Biasakan anak melakukan aktivitas terprogram untuk memenuhi
seluruh aspek perkembangan dirinya. Seperti program yang dapat menstimulasi
kecerdasan akademiknya (belajar mengenal warna, kendaraan, manusia, do’a-do’a
pendek) pengembangan bahasa dan seni (berbicara dengan baik, tenang, jelas dan
sistematis) mengungkapkan pendapat dan perasaanya.
3. Dekatkan anak dengan aktivitas positif yang dilakukan orang
dewasa seperti mencuci tangan sebelum makan gosok gigi sesudah makan.
4. Kenalkan anak dengan aturan hidup bernuansa moral dan
nilai-nilai agama seperti anjuran berbuat baik berbakti kepada kedua orang tua.
G. PERAN GURU ANAK USIA DINI DALAM MENANGGULANGI DAN MENCEGAH
TERJADINYA DISONANSI MORAL
Menurut versi Neo Humanist Education (1999) pendidikan
neohumanis memberikan pendidikan kepada seluruh bagian yang membentuk anak itu,
bukan hanya menghafalkan seluruh bagian yang membentuk anak itu bukan hanya
menghafalkan informasi dan menjelasknannya kepada anak atau melatih anak-anak
untuk menjadi robot agar guru menjadi senang karena anak itu akan mengeluarkan
jawaban-jawaban yang dikehendaki.
H. DISONANSI MORAL PADA ANAK USIA DINI
Disonansi moral (adalah gema yang merupakan hambatan yang
akan berusaha menentang masuknya serta menginternalisasi pendidikan dan
pengetahuan nilai moral, dan norma tersebut kedalam proyeksi afektual para
siswa).
Bentuk-bentuk disonansi moral yang mungkin terjadi di
kalangan anak usia dini dilihat dibawah ini :
1. Terjadinya perubahan keinginan yang tidak sesuai dengan
keinginan awal.
2. Fluktuasinya (naik-turun) semangat dalam mengikuti kegiatan
rutin.
3. Gampang terpengaruh dengan sikap dan perilaku atau hasutan teman
sebayanya.
4. Mudah meniru perkataan, perbuatan, atau kemauan yang dimunculkan
oleh teman sebayanya.
5. Belum dapat diharapkan mampu bersikap konsisten dalam bersikap.
KEGIATAN
BELAJAR 3
POLA
ORIENTASI MORAL PADA AUDNI
A. PENGERTIAN ISTILAH
- Menurut kamus bahasa Indonesia/2008
Pola adalah suatu bentuk/struktur
yang tetap yang dapat dibentuk sebagai model yang kita inginkan pada anak TK,
mereka punya standar prinsip moral yang universal & unik yang dapat
dikembangkan.
B. HAKEKAT PEMBAHASAN
- Orientasi moral (menurut peter/1979) = adalah moral
position/ketetapan hati yang meliputi 2 hal
a) Cognitive motivation aspects
b) Affective motivation aspects
a) Cognitive motivation aspects = suatu perhitungan antisipatif
seseorang terhadap resiko yang muncul.
b) Affective motivation aspects = perhitungan emosi akibat
keputusan yang diambil.
C. TEORI PERKEMBANGAN MORAL
Teori adalah asumsi yang bersifat
ilmiah yang didasari pola piker obyek study & landasan teoritis berdasar
jati diri para pakar yang bersangkutan (John Dewey, Kohlberg, Piaget).
·
John Piaget
Rentang perkembangan moral manusia
= 2 tahap
1) Heteromous (usia 2-6 tahun) => pada fase ini anak belum punya
pendirian kuat dalam penentuan sikap/masih labil, berdasarkan emosi anak yang
menyenangkan/menggantungkan dirinya.
2) Autonomous ( ±12 tahuhn) => pada usia ini anak telah punya
kemampuan dalam menentukan keputusan berdasar pengalaman/pembelajaran akal
sehat, pengetahuan. Fase ini disebut agent of just.
-
Menurut Robert Cloes/2000
=> pada awal kehidupan anak dibentuk oleh nilai orang dewasa.
-
Menurut pusat pengembangan
AUDNI/2003 => anak AUDNI perlu bimbingan latihan pembiasaan terus menerus.
·
Menurut John Dewey
Tahapan perkembangan moral anak
meliputi 3 fase :
a) Memoral/mekonvensional => dipengaruhi impuls bilogis &
sosial.
b) Konvensional => didasari oleh sikap kritis kelompoknya.
c) Autonomous => moral pada fase ini dilandasi oleh pola pikir
sendiri.
-
Memoral/mekonvensional
=> sangat dipengaruhi dorongan biologis belaka, maka perlu landasar edukatif
yang baik.
-
Konvensional => faktor
lingkungan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku. Fase ini penting
lingkungan kondusif edukatif & lingkungan positive.
-
Tahap autonomous => pada
tahan ini, anak punya pola pikir sendiri (dewasa) yang ditentukan oleh faktor
edukatif tahap sebelumnya yang akan menentukan sikap positive/negative.
·
Anak AUDNI. Secara teoritis
berada pada fase I & II (prakonvensional dan konvensional).
D. MORALITAS AUDNI
Sikap perilaku anak AUDNI sangat
dipengaruhi oleh proses sosialisasi antara orang tua & anak dalam penanaman
& pengembangan perilaku moral yang dilakukan orang tua (Dini P/1996).
1. Sikap & cara sosialisasi
Setelah usia 2 tahun, sikap,
bahasa, fisik motorik mulai berkembang lebih luas, anak perlu contoh dalam
berperilaku, bertutur sapa. Perlu pendekatan persuasive/membujuk bila anak
berperilaku tidak pantas.
Menurut Kohlberg/dalam teori
perkembangan moral anak & aturan perilaku/behavioust, anak berlaku baik
agar mendapat pujian, terhindar dari hukuman & dapat diterima oleh
lingkungan.
2. Cara berpakain/penampilan
Orang tua/guru perlu menjelaskan
bahwa penampilan seseorang/cara berpakaian dapat memberi kesan tentang perilaku moral
seseorang. Harus sesuai dengan situasi atau kondisi.
3. Sikap/kebiasaan makan
Ajarkan sejak dini pada anak sejak
2 tahun missal makan dengan tangan kanan, selanjutnya diajarkan untuk memberi
kesempatan kepada yang lebih tua untuk mengambil makanan lebih dulu, bila
menawarkan, harus sopan dll.
4. Sikap perilaku yang memperlancar hubungan dengan orang tua
Sikap egois seseorang akan
menghambat hubungan dengan orang lain, dapat merugikan/menyakiti.
Contoh, merokok sembarang tempat,
menyetel musik keras-keras.
Perilaku ana yang kurang baik,
missal anak prasekolah yang senang menendang, memukul dan mengganggu orang/anak
lain adalah sikap agresif yang selalu menimbulkan masalah, perlu mendapat
perhatian lebih dari orang tua/guru agar kelak tidak berlanjut menjadi perilaku
tidak baik.
Perlunya penanaman moral yang
bersifat individual, persuatif dan informal/santai => missal diajarkan
sholat/membaca Al Qur’an.
E. POTENSI ANAK SEBAGAI MANUSIA UTUH
Pemberian kesempatan dengan
dukungan positive melalui tindakan guru sebagai modal, dapat dilakukan melalui
pendekatan yang menyenangkan, memberi kegiatan imaginative serta mandiri.
F. KEMAMPUAN ANAK DALAM MORALITAS
Menurut Adler/1974 => pendidikan
& pengembangan moral anak bertujuan untuk pembentukan kepribadian
Yang meliputi =
-
Dapat beradaptasi di
berbagai situasi dengan orang lain di berbagai kultur.
-
Sadar & paham bahwa
akhirnya memiliki dasar identitas kultur.
-
Tidak bersikap kaku, dapat
bertanggung jawab, terbuka pada perubahan.
Tujuannya adalah ketrampilan afektif anak untuk merespon
orang lain, pengalaman baru, dan perlu atensi anak terhadap pengalaman baru
orang disekitarnya.
Robert Coles/2000 => awal
kehidupan anak dipengaruhi oleh nilai-nilai orang dewasa, bahkan sebelum
dilahirkan.
G. SUBSTANSI PENGEMBANGAN MORAL AUDNI
Standar kompetensi PAUD/pend.guru
TK/Kepmen no58/2009 seorang guru paud harus punya salah 1 kompetensi.
Antara lain = menguasai strategi
pengembangan emosi, sosial, moral anak usia dini perlu bantuan beberapa hal =
a. Pembentukan karakter/formation of character
b. Pembentukan kepribadian/shaping of personality
c. Perkembangan sosial/social development
a) Pembentukan karakter sangat berpengaruh sejak dini, sangat
berpengaruh ketika dewasa => unik, kerja keras + tanggung jawab sejak kecil,
saat dewasa/besar anak akan berprestasi tinggi.
b) Pengalaman saat usia dini membentuk pribadi seseorang dan
menjadi kontroler penting terhadap kompleksitas pikiran, perasaan dan perilaku
seseorang.
c) Dalam perkembangan sosial
Menurut teori psychology modern :
“pengalaman usia dini memiliki
pengaruh kuat terhadap kecakapan seseorang untuk mengembangkan ikatan emosional
dengan orang lain.
Dalam relasi paling awal bagaiamana
anak belajar memahami bagaimana orang lain/orang tua memperlakukan dirinya atau
sebaliknya.
Hal ini akan membentuk perilaku
sosial pada saat dewasa nanti.
-
Pada akhirnya guru harus
memahami pembentukan, pengembangan, pendidikan moral sangat penting bagi
kehidupan anak sampai dewasa.
-
Guru selalu harus paham
senantiasa menelitie, berinovasi dan melakukan pengembangan dalam bidang
pendidikan.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Articles /
Contoh /
Example /
karya tulis /
Kata-Kata /
Makalah /
pelajaran /
pendidikan /
Pengetahuan /
sekolah /
Universitas Terbuka
dengan judul "Kegiatan Belajar 1 Perkembangan Moral Anak Usia Dini (Universitas Terbuka)". Anda bisa Menemukan artikel ini dengan link http://uchavision.blogspot.com/2015/05/kegiatan-belajar-1-perkembangan-moral.html dan anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kegiatan Belajar 1 Perkembangan Moral Anak Usia Dini (Universitas Terbuka) ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Kegiatan Belajar 1 Perkembangan Moral Anak Usia Dini (Universitas Terbuka) sumbernya.
Anda Mungkin Menyukai:
0 komentar:
Post a Comment
> Berkomentar yang bijak ya sob.
> No Sara
> Ane berhak menghapus pesan yang gak masuk akal