Model Pembelajaran Simulasi -
Simulai menurut (Hasibuan
dan Moejiono, 2008:27) adalah tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura
saja. (dari kata
Simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah, dan
Simulation artinya : tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).
Simulasi dapat berupa
role playing,
psikodrama, sosiodrama dan permainan.
Sosiodrama (
role playing) berasal dari kata sosio
dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada obyeknya yaitu masyarakat
menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukkan,
mempertontonkan atau memperlihatkan. sosial atau masyarakat terdiri dari
manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan social.
Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku
dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang mendramatisasikan
suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial (Sagala,
2009:213). Berdasarkan pengertian di atas metode pembelajaran simulasi ada yang
menyebutkan dengan metode pembelajaran sosiodrama.
Tujuan bermain
peranan, sesuai dengan jenis belajar menurut Hamalik (2008:199) adalah :
Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan
peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau
keterampilan-keterampilan reaktif.
2.
Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa
pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3.
Belajar memalui balika. Para pengamat
mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah
ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan
prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah
didramatisasikan.
4.
Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan.
Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan
mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Teknik simulasi
digunakan dalam semua sistem pengajaran, terutama dalam desain instruksional
yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-lathian keterampilan
menuntut praktik yang dilaksanakan di dalam situasi kehidupan nyata (dalam
pekerjaan tertentu), atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri
situasi kehidupan senyatanya. Latihan-latihan dalam bentuk simulasi pada
dasarnya berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari (Hamalik, 2005:196).
Metode simulasi, menurut Hasibuan
dan Moedjiono (2008:27) memiliki beberapa kelebihan, (a) menyenangkan, sehingga
siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi; (b) menggalakkan guru untuk
mengembangkan aktivitas simulasi; (c) memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa
memerlukan lingkungan yang sebenarnya; (d) memviusalkan hal-hal yang abstrak;
(e) tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik; (f) memungkinkan
terjadinya interaksi antarsiswa; (g) menimbulkan respon yang positif dari siswa
yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi; (h) melatih berpikir kritis
karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan simulasi. Sedangkan kelemahannya
antara lain (a) efektivitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan
oleh riset; (b) validitas simulasi masih banyak diragukan orang; (c) menuntut
imajinasi dari guru dan siswa.
Prinsip-prinsip Simulasi
1.
Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok
mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda;
2.
Semua siswa harus terlibat langsung menurut
peranan masing-masing;
3.
Penentuan topic disesuaikan dengan tingkat kemampuan
kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru;
4.
Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu;
5.
Dalam simulasi seyogianya dapat dicapai tiga
domain psikis;
6.
Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi
yang lengkap;
7.
Hendaknya diusahakan terintegrasikannya beberapa
ilmu (Hasibuan dan Moedjiono, 2008:27).
Langkah-langkah Pelaksanaan
Simulasi
Yang harus kita perhatikan dalam simulasi agar berhasil dengan baik
adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam simulasi, yaitu :
1.
Penentuan topic dan tujuan simulasi;
2.
Guru memberikan gambaran secara garis besar
situasi yang akan disimulasikan;
3.
Guru memimpin pengorganisasian kelompok,
peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat, dan
sebagainya;
4.
Pemilihan pemegang peranan;
5.
Guru memberikan keterangan tentang peranan yang
akan dilakukan;
6.
Guru member kesempatan untuk mempersiapkan diri
kepada kelompok dan pemegang peranan;
7.
Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan
simulasi;
8.
Pelaksanaan simulasi;
9.
Evaluasi dan pemberian balikan;
10. Latihan
ulang (Hasibuan dan Moedjiono, 2008:27-28).
Kebaikan Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama menurut Mansyur (1996:104) memiliki kebaikan seperti :
1.
Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami,
dan mengingat bahaya yang akan didramakan;
2.
Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan
berkreatif;
3.
Bakat yang terpendam pada murid akan dapat
dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah;
4.
Kerja sama antara pemain dapat ditumbuhkan dan
dibina dengan sebaik-baiknya;
5.
Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan
membagi tanggung jawab dengan sesamanya;
6.
Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa
yang baik agar mudah dipahami orang lain.
Kelemahan Metode Sosiodrama
1.
Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain
drama mereka menjadi kurang aktif;
2.
Banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi
bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukkan;
3.
Memerlukan tempat yang cukup luas;
4.
Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain
dan penonton (Sagala, 2009:213-214).
Mengatasi Kelemahan Metode
Sosiodrama
1.
Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk
memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa dapat diharapkan
dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang actual di masyarakat. Kemudia guru
menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari masalah
sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas
tertentu pula;
2.
Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga
menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga
siswa terangsang untuk memecahkan masalah ini;
3.
Agar siswa memahami peristiwa, maka guru harus bias
menceritakan sambil mengatur adegan pertama;
4.
Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan
didramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia (Sagala, 2009:214).